Label LAPORAN KEGIATAN ANALISA USAHA TANI DI DESA BANGSALAN, MAKALAH PENYULUH, Teknik Budidaya Bawang Merah Organik Cara Menanam Sayur Hidroponik Yang Mudah dan Menguntungkan Cara mėnanam sayur hidroponik mungkin mėrupakan informasi yang sangat dibutuhkan bagi anda yang mėncintai sayuran. 100% found this document useful 1 vote2K views5 pagesDescriptionHIDROPONIK BAWANG MERAHCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote2K views5 pagesHasil Percobaan Sistem Hidroponik Pada Bawang MerahJump to Page You are on page 1of 5 You're Reading a Free Preview Page 4 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
533Usaha Penyediaan Atribut dan Marchandise Identitas Kampus (Jas Merah Gallery) 534 Usaha Depot Air Minum Sistem Reverse Osmosis (RO) Disekitar Kampus 535 Usaha Rental Komputer Dan Penyediaan ATK (DTIK COMP) PKMK Universitas Hasanudin 678 Kerupuk Nasi Bawang Sebagai Pelengkap Makanan Ringan Berkabohidrat Tinggi PKMK
Penelitian ini bertujuan 1. Untuk mengetahui sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik., 2. Untuk menganalisis Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Pemilihan tempat penelitian dengan sengaja di UMKM Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Penelitian menggunakan data Primer dan Sekunder dari UMKM Fresh Hidroponik. Analisis data peneliti adalah teknik analisa data deskriptif analistis dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan yang telah disusun. Hasil dari penelitian ini adalah 1. Sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik telah layak dan sesuai untuk menjadi sebuah Sistem Usaha UMKM.,2. Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik mempunyai saluran pemasaran satu dan saluran Pemasaran dua dengan lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu petani sayur hidroponik, pedagang pengepul dan konsumen akhir. Kata Kunci Bawang Merah, Hidroponik, Saluran Pemasaran, Sistem Usaha UMKM. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free DOI 1 SISTEM USAHA HIDROPONIK BAWANG MERAH USAHA MIKRO KECIL MENENGAH UMKM FRESH HIDROPONIK DI KECAMATAN KEDAMEAN, KABUPATEN GRESIK Andri Krisna Dianto* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Putra Surabaya *Correspondence email andrikrisna Heri Susanto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Putra Surabaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan 1. Untuk mengetahui sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik., 2. Untuk menganalisis Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Pemilihan tempat penelitian dengan sengaja di UMKM Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. Penelitian menggunakan data Primer dan Sekunder dari UMKM Fresh Hidroponik. Analisis data peneliti adalah teknik analisa data deskriptif analistis dengan menggunakan kuisioner yang berisi pertanyaan yang telah disusun. Hasil dari penelitian ini adalah 1. Sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik telah layak dan sesuai untuk menjadi sebuah Sistem Usaha UMKM.,2. Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik mempunyai saluran pemasaran satu dan saluran Pemasaran dua dengan lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu petani sayur hidroponik, pedagang pengepul dan konsumen akhir. Kata Kunci Bawang Merah, Hidroponik, Saluran Pemasaran, Sistem Usaha UMKM. I. PENDAHULUAN Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM mulai digaungkan dengan berbagai macam aktivitas kegiatan usaha, yang paling trend adalah UMKM sebagai sistem usaha pemulihan pasca pandemi khususnya dalam pemulihan ekonomi masyarakat. Dengan adanya UMKM diharapkan mampu memberikan akomodasi ekonomi bagi setiap daerah ataupun semua masyarakat Indonesia. Menurut A- muslim,2021 menyebutkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah, kriteria UMKM dapat dibedakan berdasarkan jumlah kekayaan bersih aset dan jumlah penjualan tahunan omset per tahun, jumlah karyawan juga menjadi variabel. 4 penentu kriteria UMKM adalah [1] 2 Sistem usaha hidroponik bawang merah ………. Tabel 1. kriteria UMKM Pada tabel 1 dijelaskan bahwa Kriteria UMKM menjadi 4 macam kriteria diantaranya kriteria Mikro, kriteria Kecil, kriteria Menengah dan kriteria Besar. Dari keempatnya yang membedakan adalah jumlah karyawan, aset yang dimiliki, dan juga omset dari UMKM. Melihat dari kriteria tersebut maka kami melakukan 1penelitian guna mengetahui sistem usaha bawang merah hidroponik Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean tepatnya Desa Turirejo, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik merupakan sebuah kebun yang membudidaya tanaman sayuran dengan sistem usaha Hidroponik. Beberapa macam jenis sayuran sawi diantaranya sawi caisim, sawi pakcoy. Pada UMKM Fresh Hidroponik juga membudidayakan bawang merah. Menariknya bawang merah tergolong tanaman yang mudah ditanam dengan cara pertanian konvensional. Guna menanggulangi kondisi iklim saat ini dan permintaan tinggi dari konsumen tentu perlu inovasi pengembangan teknologi budidaya bawang secara hidroponik. Budidaya Sistem Hidroponik memiliki beberapa kelebihan aTingkat Kerapatan tanaman dapat diperbanyak untuk optimalisasi lahan. b Kualitas produk Serta standarisasi produk lebih tinggi karena tingkat kebutuhan nutrisi tanaman selalu dipantau . c siklus hidup tanaman dapat diatur sesuai dengan keinginan pasar[2]. Hasil dari usaha UMKM Fresh Hidroponik adalah Bawang merah Hidroponik. Dengan demikian juga pasti terdapat saluran pemasaran pada sistem usaha bawang merah. Menurut suswadi dan nurrokhim2021 saluran pemasaran adalah kumpulan perorangan dan perusahaan yang mengambil atau membantu pengalihan hak atas barang dan jasa dari pemilik atau produsen ke pengguna atau konsumen[3]. semua kegiatan usaha pertanian dengan adanya perpindahan hak milik atau fisik bisa di sebut juga Tata Niaga Pertanian. Penghubung produsen dan konsumen dalam dalam pemenuhan kebutuhan adalah proses pemasaran. Pemasaran yang efisien perlu didukung perantara atau lembaga pemasaran yang baik, semakin tinggi fungsi lembaga pemasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kedua pihak maka semakin efisien fungsi lembaga pemasaran. Bila hasil komoditas bawang merah hidroponik yang melimpah, jika tidak di dukung dengan lembaga pemasaran yang baik tentu akan menghambat kegiatan DOI 3 pemasaran. 2 dalam penelitian ini juga akan menganalisis saluran Pemasaran bawang merah hidroponik Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. II. METODE DAN PROSEDUR Proses penelitian yang pertama observasi langsung pada lokasi usaha Fresh Hidroponik, kedua wawancara pada pemilik dan pengurus , serta dokumentasi dari setiap proses sebagai bukti [4] diharapakan dapat menemukan dan mempresentasikan fakta dan temuan di lapangan mengenai A. Sistem usaha bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. Kajian pustaka observasi, wawancara, dan dokumentasi serta penarikan kesimpulan. Hasil dari proses pertama penelitian ini adalah Sistem usaha bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik B. Pemasaran bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. Kajian pustaka observasi, wawancara, dan dokumentasi serta analisis pemasaran mengenai pemasaran hasil dari Fresh Hidroponik. Hasil proses kedua penelitian ini adalah Pemasaran bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem usaha bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. Fresh hidroponik merupakan usaha UMKM budidaya sayuran secara hidroponik berlokasi di Dusun Lempung, RT 01 RW 01, Desa Turirejo, dan masuk wilayah Kedamean, Kabupaten Gresik. Pemilik sekaligus direktur dari Fresh hidroponik adalah bapak Aris Agus Dianto, usaha ini didirikan pada 30 Mei 2020 dengan kebun awal menggunakan 5 paralon PVC dengan total 75 lubang tanam, nama Fresh Hidroponik sendiri dipilih karena pemilik berharap hasil dari sistem usaha hidroponik selalu dalam kondisi segar atau fresh. Gambar 1. Logo UMKM Fresh Hidroponik Akan tetapi dengan tingginya pemesanan sayuran sawi caisim dan pakcoy kini UMKM Fresh Hidroponik memperbesar kebunnya, sekarang mempunyai 5 instalasi 4 Sistem usaha hidroponik bawang merah ………. Hidroponik dengan 1 instalasi pembibitan dan 4 instalasi pembesaran dengan total kurang lebih lubang tanam, di UMKM Fresh Hidroponik tidak hanya berfokus pada komoditas sawi tetapi sekarang dan yang menjadi hal menarik serta baru UMKM Fresh Hidroponik mengembangkan budidaya bawang merah hidroponik. Sistem usaha Fresh Hidroponik adalah sistem usaha UMKM dengan kegiatan usaha agribisnis dengan budidaya bawang merah hidroponik yang dijalankan badan usaha milik perorangan. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan UMKM Fresh Hidroponik dijalankan oleh direktur dan pemilik UMKM yaitu bapak Aris Agus Dianto. Memegang peran penting dalam usaha serta bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pada Fresh Hidroponik . dibantu Kebun Sayur Segar KSS dipimpin oleh seorang general manager yaitu ibu Sutik. Memiliki tanggung jawab pada bagian administrasi dan keuangan dipimpin ibu Lilis , bagian pemasaran Ibu Kasanah, direktur diklat yaitu Agus .Kegiatan produksi di kerjakan oleh seluruh anggota UMKM Fresh Hidroponik. Fresh Hidroponik juga bersedia untuk memberikan kegiatan pendidikan dan pelatihan Hidroponik bagi yang ingin mempunyai usaha hidroponik. Gambar 1. Struktur Organisasi Fresh Hidroponik Maka dengan melihat Gambar 1 dapat disimpulkan Sistem usaha bawang merah hidroponik Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik telah layak dan sesuai dengan memiliki 4 karyawan untuk menjadi sebuah Sistem Usaha UMKM serta termasuk dalam sistem Usaha UMKM Kategori Mikro. susunan strukrur organisaiFresh HidroponikPimpinanAris Agus DiantoGeneral ManagerSutikpemasaran Kasanahproduksi seluruh anggota organisasiKeuangan LilisPendidikan Dan Kepelatihan Agus DOI 5 B. Pemasaran bawang merah hidroponik Fresh Hidroponik. Pemasaran Bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik melibatkan lembaga pemasaran yang berperan dalam menyalurkan bawang merah hidroponik hingga ke konsumen akhir. Di UMKM Fresh Hidroponik terdapat lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan bawang merah hidroponik yaitu petani sayur hidroponik dalam hal ini adalah Fresh Hidroponik dan pedagang pengepul. Petani sayur hidroponik sebagai Penghasil sayuran hidroponik dan merupakan pihak pertama dalam penyaluran sayuran hidroponik bawang merah. Bawang hidroponik yang di hasilkan Fresh Hidroponik di jual langsung ke konsumen akhir dengan pangsa pasar pembeli yang datang langsung ke Fresh Hidroponik biasanya di dominasi ibu-ibu yang tertarik oleh hasil bawang merah hidroponik meskipun dengan harga yang lebih mahal dari bawang merah konvensional. Saluran kedua melalui Pedagang pengepul dengan membeli bawang merah hidroponik di UMKM Fresh Hidroponik dan menjualnya langsung ke konsumen dan sudah memiliki pangsa pasar tersendiri. Hasil analisis dan pengamatan langsung transaksi lembaga pemasaran, diketahui bahwa pemasaran bawang merah di UMKM Fresh Hidroponik yang berlokasikan di Dusun Lempung, RT 01 RW 01, Desa Turirejo, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik mempunyai saluran pemasaran satu dan saluran Pemasaran dua dengan lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu petani sayur hidroponik, pedagang pengepul dan konsumen akhir yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini Gambar 2. Saluran Pemasaran 1 Bawang Merah UMKM Fresh Hidroponik. Gambar 3. Saluran 2 Pemasaran Bawang Merah UMKM Fresh Hidroponik Pada Gambar 2 Saluran pemasaran 1 Bawang Merah yang terjadi di UMKM Fresh Hidroponik Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik adalah saluran pemasaran langsung ke konsumen akhir. Saluran ini terjadi saat pembeli yang datang langsung ke Fresh Hidroponik biasanya di dominasi ibu-ibu yang tertarik oleh hasil bawang merah hidroponik meskipun dengan harga yang lebih mahal dari bawang merah konvensional. Sistem pembayaran yang dilakukan konsumen adalah secara tunai. Petani Sayur Hidroponik Pedagang Pengepul Konsumen AkhirPetani Sayur Hidroponik Konsumen Akhir 6 Sistem usaha hidroponik bawang merah ………. Pada Gambar 3 Saluran 2 Pemasaran Bawang Merah UMKM Fresh Hidroponik melibatkan pedagang pengepul. Berbeda dengan saluran pemasaran 1 pada saluran kedua melibatkan pedagang pengepul membeli bawang merah hidroponik dari Fresh Hidroponik dan menjual bawang merah hidroponik pada konsumen akhir yang pangsa pasarnya lebih luas. IV. KESIMPULAN 1. Sistem usaha bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik telah layak dan sesuai untuk menjadi sebuah Sistem Usaha UMKM dengan kategori Sistem UMKM Mikro. 2. Pemasaran bawang merah hidroponik UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik mempunyai saluran pemasaran satu dan saluran Pemasaran dua dengan lembaga pemasaran yang terlibat adalah petani sayur hidroponik, pedagang pengepul dan konsumen akhir. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada • Seminar Nasional Institut Pertanian Stiper SEMNAS INSTIPER Yogyakarta,, • Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat INSTIPER • Anggota Peneliti dan Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat Universitas Wijaya Putra Surabaya • UMKM Fresh Hidroponik di Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. DAFTAR PUSTAKA [1] A. Muslim, “Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan Perusahaan Perdagangan Dan Manufaktur Dalam Rangka Peningkatan Kapasitas UMKM Di DKI Jakarta,” J. Komunitas J. Pengabdi. Kpd. …, vol. 4, no. 1, pp. 85–88, 2021, [Online]. Available [2] I. S. Roidah, “Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik,” vol. 1, no. 2, pp. 43–50, 2014. [3] K. P. P. Suswadi*, T. Nurrokhim, “No,” Anal. Model SALURAN Pemasar. BAWANG MERAH Alliumascalonium L DI DESA WONODOYO KABUPATEN BOYOLALI, vol. 6, p. 38, 2021, [Online]. Available [4] A. Dinanti and G. A. Nugraha, “Sistem Informasi pada Administrasi UMKM,” vol. 4, no. September, pp. 159–171, 2019. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MuslimBased on a report from the Ministry of Communication and Information, the number of MSME business actors in Indonesia in 2015 has reached + 59 million people and contributes to Gross Domestic Product GDP of 55%, it is expected that in 2019 the number will reach more than 60 million people. This very large number certainly requires special attention from the Government towards MSME business actors. One of the problems that are often experienced by MSMEs in Indonesia is that MSMEs do not keep books of business transactions properly. Financial reports are needed by business actors to determine the benefits obtained, to find out the total assets owned, it is necessary to submit additional capital to creditors. The use of an excel-based general ledger GL accounting program will make it easier for MSME entrepreneurs to compile these financial Lahan Dengan Menggunakan Sistem HidroponikI S RoidahI. S. Roidah, "Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik," vol. 1, no. 2, pp. 43-50, Informasi pada Administrasi UMKMA DinantiG A NugrahaA. Dinanti and G. A. Nugraha, "Sistem Informasi pada Administrasi UMKM," vol. 4, no. September, pp. 159-171, 2019.
PenyebabUtama Mengapa Petani Indonesia Miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2019 mencatat ada sebanyak 49,41% rumah tangga miskin menggantungkan hidupnya dari sekor pertanian di Indonesia. Jumlah ini tentu tidak sedikit. Tentu saja ada beberapa faktor penyebab petani Indonesia ada digaris kemiskinan.
Traditional cultivation of shallot is subject to uncertainty both in productivity and price. This seasonal situation was primarily due to climatic factors. Hydroponics cultivation offers a potential solution to that problem because hydroponics was not dependant to climate. Therefore, production can be maintained throughout a year around. This research aims to design hydroponics system for shallot cultivation, to simulate cost analysis, and to estimate profit. The research was conducted by constructing a hydroponics module with dimension as the following 100 cm high, 3 m long and 60 cm wide. Growth medium made from rice hush char as deep as 15 cm was used in the module. 114 cloves of shallot were nursed, and transplanted to the bed after shoots developed about 5 cm, with 10x15 cm spacing. Parameters observed in this study included pH, EC, moisture content, and plant growth. In addition, three scenarios of the hydroponics systems were simulated to elaborate cost and profit estimation. The three scenarios included scaling up the cultivation beds, ten year cultivation, and productivity from three types of hydroponics modules. The results showed that during hydroponics cultivation of shallot, EC of nutrient solution was elevated to the last level of 3106 μS/cm, while pH was found to be The yield of the shallot was kg/m2 with average tuber diameter of 10-15 mm. This production was suboptimal, yet profit and cost comparisons could be clearly described through the simulations of three types of hydroponics modules. Keywords cost and profit analysis, hydroponics cultivation, nutrition solution, shallot Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Mareli TelaumbanuaDi daerah tropis, pertumbuhan tanaman cabai dipengaruhi oleh beberapa faktor iklim seperti suhu, nutrisi, dan cahaya. Suhu, unsur hara, dan kelengasan tanah yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman, mampu menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini diakibatkan oleh terganggunya produksi enzim dan pembentukan hormon untuk membantu pembentukan jaringan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman cabai, ditunjukkan melalui rendahnya pertumbuhan luas permukaan daun dan tinggi tanaman, saat dibandingkan tanaman yang berada pada suhu ideal. Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang maksimal, dibutuhkan sistem kontrol yang mampu mengendalikan suhu, kelengasan tanah, dan hama saat tanaman cabai dibudidayakan. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah merancang suatu sistem pengendalian yang mampu mengendalikan iklim mikro, pemupukan dan pengendalian hama untuk pertumbuhan tanaman cabai. Untuk itu, langkah pertama yang dilakukan adalah perancangan sensor suhu lingkungan dan sensor kelengasan tanah. Mikrokontroler menghubungkan sensor dengan aktuator pompa air dan pompa irigasi melalui modul relay dan transistor TIP122. Keakuratan sensor suhu DHT 22 dan sensor kelengasan tanah dihitung berdasarkan pendekatan nilai koefisien determinasi dan total error masing-masing sensor. Kinerja aktuator dalam perancangan ini, meliputi kecepatan respon dan durasi waktu kerja. Uji kinerja dilakukan sebanyak 3 kali percobaan tanpa menggunakan tanaman cabai. Koefisien determinasi R² sensor suhu 1, sensor suhu 2 dan sensor suhu 3 berturut-turut adalah 0,999, 0,999, dan 0,999. Total error dari ketiga sensor tersebut berturut-turut adalah -0,071 ºC, -0,085 ºC, dan 0,014 ºC. Koefisien determinasi R² sensor kelengasan 1, sensor kelengasan 2, dan sensor kelengasan 3 adalah 0,888, 0,8401, dan 0,8963. Total rerata error untuk ketiga jenis sensor kelengasan ini adalah -0,2204 % , -0,0952 % dan -2,8049 %.p>Rice is the food crop with the harvested area and production of the highest among other food crops in Karanganyar Regency. From year to year, its harvested area, production, and productivity tend to increase. These increments showed that rice farming is still in demand by farmers. This study aims to analyze the cost, revenue, and efficiency of rice farming in this regency. The study was conducted in 4 districts; Gondangrejo, Karanganyar, Jaten, and Jatipura. From each district were taken two villages. In total, there were 159 farm households sampled randomly. In average, the revenue of rice farming in Karanganyar is Rp14,429, with yearly costs of Rp7,142, The average annual income therefore reaches Rp7,286, The value of rice farming efficiency is indicating that rice farming in Karanganyar is worth the effort. Untukmemulai usaha penggemukan sapi potong dan pedaging sebenarnya tidak mengenal jumlah. Namun semakin banyak, pastinya keuntungan akan semakin terasa. Sebagai contoh, kita akan menggunakan skala usaha seperti yang dilakukan oleh teman saya. Saat memulai awal usahanya, teman saya membeli 10 ekor sapi bakalan dengan berat kira - kira
Saat ini peluang usaha budidaya bawang merah semakin menguntungkan. Harga jual bawang merah memang cukup stabil dibandingkan harga cabai. Bawang merah menjadi jenis tanaman holtikultura dengan nilai ekonomis yang tinggi. Bawang merah hampir tak pernah dilewatkan untuk bumbu masakan. Mulai dari ibu rumah tangga, pengusaha makanan hingga pengusaha kuliner membutuhkan bawang merah. Membudidayakan bawang merah menjadi celah bisnis yang menguntungkan. Terlebih di jaman modern ini budidaya bawang merah tengah banyak mengalami kemajuan. Banyak petani yang memanfaatkan teknologi modern, sehingga hasil panen bawang merah melimpah. Memang di masa panen yang bebarengan menjadikan stok bawang merah di pasaran meningkat. Sehingga penanaman bawang merah perlu dilakukan di luas masa panen umumnya. Sehingga budidaya bawang merah akan semakin menguntungkan dengan hasil yang di dapat. Jika Anda tertarik dengan bisnis budidaya bawang merah maka bisa menyimak ulasannya di bawah ini Memulai bisnis budidaya bawang merah Bisnis pertanian memang menjadi salah satu bisnis yang tidak pernah mati. Begitupun dengan bisnis budidaya bawang merah yang menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan. Untuk memulai bisnis budidaya bawang merah ini tidak sulit. Bisa di mulai dengan mudah dengan modal yang kecil. Anda dapat memulai bisnis budidaya bawang merah di rumah. Pelaku bisnis budidaya bawang merah Bisnis budidaya bawang merah ini bisa dan cocok dijalankan oleh semua orang. Anda yang kini bingung mencari pilihan bisnis yang tepat. Dengan kemauan dan minat yang tinggi maka bisnis budidaya bawang merah ini dapat Anda jalankan dengan mudah. Konsumen bisnis budidaya bawang merah Konsumen budidaya bawang merah memang tidaklah sulit, konsumen budidaya bawang merah cukup besar mulai dari konsumsi rumah tangga hingga berbagai usaha kuliner. Peralatan bisnis budidaya bawang merah Dalam bisnis budidaya bawang merah membutuhkan beberapa peralatan penting diantaranya sewa lahan, pompa air, golok, cangkul, wadah, gerobak dorong, sabit, timba. Dengan adanya peralatan tersebut maka bisnis budidaya bawang merah makin maksimal. Juga butuh bibit bawang merah, pestisida, pupuk, dan karung. Lokasi strategis dalam berjualan budidaya bawang merah Dalam berjualan budidaya bawang merah, Anda bisa memasarkannya dengan cara menjualnya ke pasar, rumah makan, restoran atau hotel. Juga dapat memasarkannya ke swalayan atau supermarket. Karyawan bisnis budidaya bawang merah Karyawan dalam menjalankan bisnis budidaya bawang merah bisa menggunakan satu orang dahulu dalam permulaan. Harga jual budidaya bawang merah Patokan harga untuk budidaya bawang merah dapat Anda buat dalam hitungan per kg dimana harga mulai Rp hingga Rp Ini tergantung dari harga bawang merah yang ada di pasaran. Keuntungan dalam menjalankan bisnis budidaya bawang merah Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang bisnis budidaya bawang merah ini yakni merupakan bisnis pertanian yang paling banyak dicari orang karena bawang merah banyak dibutuhkan. Kekurangan bisnis budidaya bawang merah Segi kekurangan bisnis budidaya bawang merah ialah budidaya bawang merah memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan ketat. Analisa bisnis budidaya bawang merah Investasi Peralatan Harga sewa lahan Rp. pompa air Rp. bibit bawang merah Rp. golok Rp. cangkul Rp. wadah Rp. gerobak dorong Rp. sabit Rp. timba Rp. Peralatan tambahan yang lainnya Rp. Jumlah Investasi Rp. Biaya Operasional per Bulan Biaya Tetap Nilai Penyusutan sewa lahan 1/12 x Rp. Rp. Penyusutan pompa air 1/62 x Rp Rp. Penyusutan bibit bawang merah 1/44 x Rp Rp. Penyusutan golok 1/62 x Rp. Rp. Penyusutan cangkul 1/44 x Rp. Rp. Penyusutan wadah 1/44 x Rp. Rp. Penyusutan gerobak dorong 1/62 x Rp Rp. Penyusutan sabit 1/62 x Rp Rp. Penyusutan timba 1/44 x Rp. Rp. Penyusutan peralatan tambahan 1/44 x Rp. Rp. upah pekerja Rp. Total Biaya Tetap Rp. Biaya Variabel pestisida Rp. x 30 = Rp. pupuk Rp. x 30 = Rp. karung Rp. x 30 = Rp. bahan lainnya Rp. x 30 = Rp. Biaya transportasi Rp. x 30 = Rp. pengemas Rp. x 30 = Rp. BBM Rp. x 30 = Rp. Total Biaya Variabel Rp. Total Biaya Operasional Biaya tetap + biaya variabel = Rp. Pendapatan per Bulan 21 kg x Rp. = Rp. Rp. x 30 hr = Rp. Keuntungan per Bulan Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional Rp. – = Rp. Lama Balik Modal Total Investasi / Keuntungan = Rp. = 3 bln Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis budidaya bawang merah sangat menguntungkan dimana modal Rp dengan kentungan per bulan Rp dan balik modal dalam 2 bulan. Bisnis budidaya bawang merah ini tidak dapat berjalan maksimal jika tidak menggunakan mesin pengolah pupuk kompos dalam pengolahannya. Pemakaian dari mesin pengolah pupuk kompos dibutuhkan agar proses pemupukan dalam budidaya bawang merah berjalan lancar dan efektif. Kinerja mesin pengolah pupuk kompos yakni merajang bahan pupuk kompos yang alami dengan langkah mudah. Tampilan mesin pengolah pupuk kompos sangat modern dimana kinerjanya sangat handal dan berjalan begitu cepat. Membuat pupuk untuk budidaya bawang merah semakin mudah dan praktis dengan hadirnya mesin pengolah pupuk kompos. Dibandingkan cara pembuatan pupuk secara manual memang menggunakan mesin pengolah pupuk kompos tampil unggul juga sangat efektif. Mesin untuk membuat pupuk dalam budidaya bawang merah dengan hasil yang memuaskan dapat Anda miliki langsung lewat Toko Mesin Maksindo. Mesin pengolah pupuk kompos dari maksindo tersedia dari kapasitas kecil hingga besar. Demikian tadi ulasan peluang usaha budidaya bawang merah dan analisa bisnisnya yang bisa dijadikan referensi memulai bisnis budidaya bawang merah tersebut. Tertarik mencoba bisnis budidaya bawang merah ? Bisnis budidaya bawang merah menjadi pilihan bisnis sangat menjanjikan. Dalam menjalankan bisnis budidaya bawang merah jangan lupa untuk menggunakan mesin pengolah pupuk kompos agar bisnis berjalan lancar juga maksimal. Semoga informasi mengenai peluang dari bisnis budidaya bawang merah tersebut dapat bermanfaat
ANALISAUSAHA Analisa usaha budidaya ikan patin di kolam dalam sangatlah bervariasi dan ini disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang dipengaruhi oleh besarnya unit usaha, alat dan bahan yang digunakan, serta letak lokasi usaha. bawang merah, bawang putih, asam jawa, lada dan bumbu-bumbu lainnya, seperti telur, ayam, dan kerupuk Yoww Brooo, hari gini masih bingung ngerjain hobi? Coba deh menanam tanaman bawang merah aja, ga susah kok! Lagian, bawang merah kan jadi bumbu dapur wajib yang sering banget kita butuhin. Ini Dia Panduannya Pertama-tama, kamu harus menyiapkan benih bawang merah ya Brooo. Pilih benih yang berkualitas dan jangan sampai basah ya. Setelah itu, ajak temen-temenmu buat mulai menanam. Setelah benihnya siap, sekarang kamu bisa menyiapkan sistem hidroponik untuk menanam bawang merah. Sistem hidroponik adalah cara menanam tanaman dengan menggunakan air dengan nutrisi dan tidak memerlukan tanah. Untuk menyederhanakan, bisa menggunakan ember yang diberi lubang. Kemudian, benih bisa ditanam pada lubang tersebut. Selanjutnya, jangan lupa memberikan nutrisi ya Brooo. Kita bisa membeli nutrisi atau membuatnya sendiri dari air dan bahan-bahan organik lainnya. Kemudian, masukkan nutrisi tersebut dalam ember tempat benih bawang merah tumbuh. Pelajari kadar nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman agar pertumbuhannya optimal. Selama dalam tahap pertumbuhan dan pemeliharaan, pastikan supaya air terus mengalir ya. Hal ini agar nutrisi dapat melalui akar tanaman. Setiap 2-3 minggu sekali, ganti air sisa nutrisi di ember tersebut dan berikan nutrisi yang baru. Lalu, perlu diingat ya Brooo, tanaman bawang merah butuh cahaya matahari. Jadi, jangan lupa untuk meletakkannya di tempat yang terpapar sinar matahari secara cukup ya. Nah, setelah beberapa waktu, tanaman bawang merahmu akan tumbuh dengan baik dan siap dipanen. Cukup mudah kan? Selamat menanam dan berkebun ya Brooo, semoga berhasil! Baca tulisan lainnya seputar Sayur-sayuran Nahitulah contoh laporan kegiatan yang singkat. Mulai dari contoh laporan kegiatan pelatihan, contoh laporan kegiatan lomba, contoh laporan kegiatan seminar, contoh laporan kegiatan pameran, contoh laporan kegiatan observasi, outbound, contoh laporan kegiatan olahraga, contoh laporan kegiatan perpisahan, yayasan, workshop, reuni, training, dll. Tingkat risiko produksi dalam budidaya bawang merah akan mempengaruhi keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya dan keputusannya dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dalam produksi bawang merah dan perilaku petani terhadapnya, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko dalam produksi bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey kepustakaan dengan menggunakan sumber kepustakaan untuk mengumpulkan data penelitian. Data yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk menarik kesimpulan tentang tingkat risiko produksi yang tinggi pada budidaya bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko dalam produksi bawang merah antara lain pupuk urea dan ZA, hama dan penyakit. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free *Corresponding Author Hal 33-42 Email ISSN Online 2774-7212 Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah I Made Windu Yasa, *I Gusti Agung Ari Bawarta, Gede Mekse Korri Arisena Magister Agribisnis, Universitas Udayana, Bali, Indonesia DOI ABSTRAK Tingkat risiko produksi dalam budidaya bawang merah akan mempengaruhi keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya dan keputusannya dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dalam produksi bawang merah dan perilaku petani terhadapnya, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko dalam produksi bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey kepustakaan dengan menggunakan sumber kepustakaan untuk mengumpulkan data penelitian. Data yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk menarik kesimpulan tentang tingkat risiko produksi yang tinggi pada budidaya bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko dalam produksi bawang merah antara lain pupuk urea dan ZA, hama dan penyakit. Kata Kunci Bawang Merah, Komoditi, Produksi, Risiko, Usahatani. ABSTRACT The level of production risk in growing shallots will affect the decisions farmers make, especially about how much they will grow and what kinds of plants they will grow next. This study aims to determine the level of risk in the production of shallots and the behavior of farmers towards it, as well as to determine the factors that influence the level of risk in the production of shallots. The method used in this research is a literature survey using library sources to collect research data. The resulting data is then collected and analyzed to draw conclusions about the high level of production risk in shallot cultivation. The results showed that urea and ZA fertilizers, pests, and diseases are all things that can hurt the growth of shallots. Keywords Shallots, Commodity, Production, Risk, Farming. PENDAHULUAN Bawang merah merupakan komoditas strategis karena diharapkan untuk konsumsi keluarga selain untuk industri makanan. Untuk rumah tangga, bawang merah digunakan sebagai bumbu masakan. Selain untuk taburan masakan, industri pangan membutuhkan bawang merah untuk diolah menjadi bumbu masak siap pakai, untuk taburan lauk pauk, serta berbagai bumbu masakan Kemendag RI 2020. This is an open access article under the CC-BY 34 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Data dari Statistik Tanaman Hortikultura 2019 Badan Pusat Statistik, enam provinsi yang merupakan Negara penghasil bawang merah terbesar di Indonesia adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan dalam urutan bawang merah terbesar. Keenam provinsi tersebut menyumbang 93,38% dari total produksi bawang merah kering nasional yang mencapai 1,6 juta ton. Jawa Tengah merupakan penghasil bawang merah terbesar Pengalaman bertahun-tahun dalam budidaya pertanian yang dimiliki petani, tidak selalu menjadikan petani Mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang sesuai. Bahkan dengan paket teknologi, musim , dan medan yang sama pada berbagai produksi. Pada dasarnya hasil yang diperoleh merupakan hasil kerja dari banyak faktor, baik yang dapat dikendalikan maupun yang bersifat internal atau yang tidak dapat dikendalikan atau bersifat eksternal Astuti dkk. 2019. Faktor eksternal yang paling sering dihadapi petani adalah ketidakpastian harga, dimana petani dalam kondisi ini hanya sebagai price taker. Fluktuasi harga komoditas pertanian sangat sering terjadi yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jumlah permintaan konsumen, panjangnya rantai pemasaran serta spekulasi pedagang yang cenderung ingin memperoleh keuntungan tinggi. Berbagai macam risiko usahatani dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu risiko produksi, risiko harga atau pasar, risiko institusi, risiko manusia dan risiko keuangan Pusdatin 2019. Petani bawang merah di sawah dataran rendah kebanyakan adalah petani kecil hingga menengah. Perilaku petani dalam melakukan kegiatan pertanian sangat bergantung pada perilaku mereka dalam menghadapi risiko dan strategi mereka dalam menghadapi risiko, baik risiko produksi maupun risiko harga komoditas yang dihasilkan Arya dkk. 2015. Tingkat penerimaan petani terhadap risiko dalam kegiatan usaha tani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan mitigasi risiko tersebut. Identifikasi jenis-jenis risiko yang kemungkinan terjadi dalam kegiatan usahatani mempengaruhi tingkat kesiapan petani dalam menghadapinya, dengan berbekal pengetahuan, keterampilan dan pengalaman panjang dalam kegiatan usaha tani yang sama. Dalam penelitian Arya dkk. 2015 menyatakan bahwa sebagian besar petani sudah memperhitungkan risiko produksi dan risiko harga sebagai bagian dari kegiatan usahatani yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kerugian dan tidak hanya sebagai penyimpangan hasil usahatani. Petani memiliki persepsi bahwa Tingkat resiko produksi budidaya bawang merah tinggi dan hal ini dimungkinkan karena kurangnya penguasaan teknik produksi. Beberapa petani juga menganggap risiko harga budidaya bawang merah tinggi. Hal ini dikarenakan harga bahan baku yang fluktuatif atau fluktuatif karena merupakan faktor eksternal yang berada di luar kendali petani. Astuti dkk. 2019 dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat risiko produksi usahatani bawang merah pada musim hujan lebih rendah dibandingkan pada musim kemarau. Hal ini bertolak belakang dengan risiko produksi usahatani bawang merah yang dihadapi petani yang lebih tinggi pada musim hujan dikarenakan meningkatnya serangan hama dan penyakit. Dari data penelitian, hal ini dapat disebabkan oleh kesiapan petani dalam mencegah risiko produksi yang akan terjadi pada saat musim hujan dengan penggunaan input yang lebih banyak dan penerapan teknologi pertanian yang baik sehingga diharapkan dapat menstabilkan produksi bawang merah. 35 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Risiko produksi dan pendapatan yang dihadapi petani bawang merah termasuk dalam kategori tinggi. Semakin tinggi risiko bagi petani, semakin tinggi pendapatannya. Perubahan iklim dan cuaca yang menyebabkan kelangkaan air dan penyebaran hama seperti larva bawang merah dan layu Fusarium merupakan beberapa risiko yang dihadapi petani bawang merah dalam kegiatan pertaniannya. Petani bawang merah melakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko yang dihadapinya, antara lain dengan menerapkan pola usahatani campuran pada satu hamparan yang Menggabungkan padi, palawija dan sayur-sayuran dalam satu areal yang sama, menanam padi, palawija dan sayur-sayuran di areal kecil yang berbeda, penyemprotan dan pemupukan untuk mengendalikan hama dan penyakit. Melakukan pemilahan dan penjemuran umbi bawang merah yang dihasilkan. Umbi bawang merah berkualitas baik selanjutnya dipisahkan dengan umbi busuk dan muda dengan melakukan sortasi dan grading Nailufar dkk. 2019. Kegiatan usahatani selalu menimbulkan risiko yang harus dihadapi oleh petani. Tinggi rendahnya tingkat risiko yang ada khususnya risiko produksi dalam kegiatan budidaya bawang merah akan sangat berpengaruh terhadap keputusan petani terutama dalam menentukan skala budidayanya, dan akan mempengaruhi keputusan petani untuk memilih jenis komoditas yang akan diusahakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko produksi budidaya bawang merah dan perilaku petani dalam menghadapinya, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai refleksi untuk mengurangi tingkat resiko dalam produksi bawang merah. METODE PENELITIAN Studi ini dilaksanakan mulai dari bulan April hingga Mei 2022 melalui tahapan kajian pustaka. Kajian ini dilakukan dengan melakuan kajian terhadap 20 dua puluh hasil penelitian sebelumnya yang dipublikasikan antara tahun 2006 sampai 2021 di jurnal yang membahas tentang analisis risiko usahatani bawang merah di Indonesia yang digunakan sebagai acuan dan tidak mengumpulkan data secara langsung. Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai bahan penelitian yang berasal dari penelitian-penelitian sebelumnya, disajikan secara kuantitatif dan kualitatif Harlina dkk. 2018. Data sekunder adalah data yang sudah diperoleh berupa data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur atau studi literatur. Menurut Zed 2008, dalam studi pustaka, pengumpulan pustaka tidak hanya sebagai langkah awal dalam menyiapkan kerangka penelitian namun juga memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian. Data-data yang diperoleh kemudian dikompilasi, dianalisa dengan baik untuk mendapatkan kesimpulan tentang risiko produksi dalam usahatani bawang merah. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah dan Perilaku Petani Adetya 2021 menyatakan bahwa petani dalam membuat suatu keputusan cenderung menghindari risiko yang disebabkan oleh kehidupan petani di pedesaan selalu berhadapan dengan ketidakpastian tentang cuaca dan adanya tuntutan dari luar. Berusaha menghindari kegagalan yang dapat menurunkan kesejahteraanya merupakan karakter asli 36 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah yang dimiliki oleh petani tanpa adanya kemauan untuk menghadapi risiko untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Analisis risiko produksi dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko yang ditimbulkan dalam produksi petani dalam kegiatan pertanian dengan memeriksa koefisien variasi CV. Koefisien variasi CV adalah ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat risiko relatif dengan membandingkan standar deviasi dengan nilai yang diharapkan Adetya, 2021. Berdasarkan hasil penelitian Adetya 2021 di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur mengemukakan bahwa tingkat risiko produksi budidaya bawang merah di Kabupaten Sampang cenderung rendah yang dikarenakan petani lokal menentukan waktu yang tepat untuk penanaman bawang merah yaitu sekitar bulan April atau Mei. Zul Mazwan dkk. 2020 yang melakukan penelitian di Kota Malang, Jawa timur juga menyatakan hal yang sama, dikarenakan petani lebih memilih menanam komoditas bawang merah hanya pada musim kemarau dimana Serangan hama dan penyakit tidak separah pada musim hujan, sehingga risikonya jauh lebih rendah. Ghozali & Wibowo 2019, dalam penelitiannya di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menemukan bahwa produksi tanaman bawang merah berisiko tinggi, terutama bila ditanam pada musim hujan off-season, tinggi, dan penggunaan pestisida cair. juga meningkat pesat, berdampak pada biaya produksi. Sejalan dengan penelitian di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Pasaribu 2017, kami juga menemukan bahwa budidaya bawang merah di luar musim memiliki risiko produksi yang tinggi. Hasil penelitian dari Nailufar dkk. 2019 di Kabupaten Serang, Jawa Tengah juga menyatakan tingkat resiko produksi dalam usahatani bawang merah termasuk dalam kategori tinggi. Semakin tinggi risiko dalam produksi pertanian, semakin tinggi risiko pendapatan bagi petani. Konsisten dengan apa yang dilaporkan Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di Kota Batu, Jawa Timur, risiko budidaya bawang merah relatif tinggi. Tabel 1 Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Beberapa Lokasi Penelitian Sumber Data Diolah 2022 37 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Putri dkk. 2018 Sebuah studi yang dilakukan di desa Songan Kabupaten Bangli menemukan bahwa produksi budidaya bawang merah berisiko tinggi. Termasuk risiko tinggi karena dipengaruhi oleh ketinggian lahan dimana pada daerah atas atau lebih tinggi memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan daerah yang lokasinya lebih dibawah. Hal ini dikarenakan kelembaban udara dan curah hujan lebih tinggi pada daerah bawah yang juga mempengaruhi pertumbuhan bawang merah. Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara menyatakan bahwa risiko pendapatan merupakan risiko tertinggi dalam budidaya bawang merah. Tingginya risiko pendapatan sangat dipengaruhi oleh tingginya risiko Mengingat adanya kekhawatiran penurunan produksi akibat serangan hama, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan seperti penyemprotan pestisida dan pemberian bahan kimia. Pendapatan usahatani bawang merah yang relatif tinggi di kota Medan memiliki kecenderungan risiko produksi yang relatif tinggi. Tingginya risiko produksi budidaya bawang merah juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Arya dkk. 2015 di Kabupaten Buleleng, Bali. Sebagai produk dengan nilai ekonomi tinggi dan risiko produksi tinggi juga cenderung tinggi diperlukan adanya strategi manajemen risiko mulai dari perencanaan usahatani seperti penentuan pola tanam, saat kegiatan budidaya dilakukan seperti pemakaian input yang berlebih dan setelah usahatani selesai atau panen yang meliputi kegiatan mempertahankan keberlanjutan usahatani setelah mengalami kegagalan seperti melakukan peminjaman dana dan pejualan aset serta penggunaan pendapatan sumber lainnya. Lawalata 2017 dalam penelitiannya di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa tingginya risiko produksi usahatani bawang merah menyebabkan petani berhati-hati dalam melakukannya sehingga mereka melakukan pola tumpang sari antara bawang merah dan cabai dengan tujuan mengurangi risiko yang ada. Perilaku petani dalam kegiatan usahatani sangat tergantung pada risiko yang dihadapi dan strategi mereka dalam menghadapi risiko yang ada baik risiko produksi maupun risiko harga output Arya dkk. 2015. Sikap petani terhadap risiko dalam pertanian dapat dibedakan menjadi kelompok petani yang penghindar risiko risk averse, petani netral risk neutral dan petani yang berani mengambil risiko risk enthusiast. Tabel 2 menunjukkan tanggapan petani terhadap risiko produksi tanaman bawang merah di beberapa daerah penelitian. Budiningsih & Pujiharto 2006 dalam penelitiannya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah menyatakan petani cenderung bersikap netral yang kemungkinan disebabkan oleh persepsi petani terhadap risiko dalam usahatani sudah merupakan hal biasa dan pasti terjadi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmania Fajri & Fauziyah 2019 di Desa Pojanan Barat, Kabupaten Pamekasan yang menjelaskan bahwa perilaku petani terhadap risiko produksi dalam usahatani bawang merah juga cenderung bersikap netral yang artinya petani akan tetap membudidayakan bawang merah tidak terpengaruh oleh tingkat risiko yang ada dan memandang risiko sebuah hal biasa terjadi terlebih dalam kegiatan usahatani. 38 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Tabel 2 Berbagai Perilaku Petani terhadap Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Beberapa Lokasi Penelitian Sumber Data Diolah 2022 Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa petani rata-rata bersifat Risk Averter menghindari risiko. Kegagalan produksi akan mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan komoditas yang akan dibudidayakan selanjutnya. Sejalan dengan penelitian Putra dkk. 2020, di Desa Sajen, Kabupaten Mojokerto Petani bawang merah juga cenderung menghindari risiko risk aversion. Perilaku Petani dalam Budidaya Bawang Merah yang cenderung menghindari risiko juga disampaikan oleh Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Petani di Kota Medan masih banyak yang enggan melakukan usaha tani bawang merah karena takut mengalami kegagalan produksi akibat serangan hama dan penyakit yang tidak dapat diprediksi. Sejalan dengan penelitian Lawalata 2017 yang dilakukan di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah yang manyatakan bahwa petani di Kabupaten Bantul kebanyakan bersikap menolak atau menghindari risiko sehingga untuk mengurangi Risiko produksi tanaman bawang merah ditimbulkan oleh sistem budidaya bawang merah dan cabai campur. Tidak semua petani di wilayah studi netral atau risk-averse produksi dalam budidaya bawang merah. Di beberapa daerah, petani lebih berani mengambil risiko Risk Lover. Widyantara & Yasa 2013 melakukan penelitian di Desa Buahan, Kabupaten Bangli menyatakan bahwa meskipun kegiatan usaha tani bawang merah pada musim kemarau di daerah penelitian memiliki risiko Lebih besar dari musim hujan, petani masih berani mengambil risiko dengan selalu menanam bawang merah di musim hujan dan kemarau. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ester 2017 di Kabupaten solok, Provinsi Sumatera barat yang manyatakan bahwa petani cenderung berani menghadapi risiko karena mereka telah memahami bahwa dalam melakukan usaha tani pasti memiliki risiko dan untuk menghadapi risiko, petani melakukan strategi preventif dan mitigasi seperti pengaturan pola tanam, penggunaan mulsa, pananaman varietas bibit berbeda dan sebagainya. 39 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Risiko Usahatani Bawang Merah Kegiatan Pertanian sangat Rentan terhadap Serangan Hama dan Penyakit Kegiatan usahatani sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang merugikan petani. Risiko ketidakpastian yang cukup tinggi seperti kegagalan panen pada komoditas bawang merah dapat mendorong petani untuk beralih ke komoditas lain untuk dibudidayakan khususnya komoditas yang bernilai ekonomis tinggi namun dengan risiko produksi yang rendah. Sumber faktor risiko produksi bawang merah di beberapa daerah penelitian yang diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Anda bisa melihatnya di Tabel 3. Putra dkk. 2020 dalam penelitiannya di Kabupaten Mojokerto menyatakan Ada dua variabel yang mempengaruhi risiko dalam produksi bawang merah yaitu pupuk urea dan ZA karena memiliki nilai probabilitas yang jauh di bawah probabilitas. Penggunaan urea yang berlebihan akan merusak tanah dan mengganggu keseimbangan unsur hara yang akan mempengaruhi kualitas tanah. Lawalata 2017 yang melakukan penelitian di Kabupaten Bantul, provinsi Jawa Tengah yang manyatakan bahwa serangan hama dan faktor cuaca yang tidak menentu merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi risiko. Penggunaan pestisida dan obat-obatan banyak digunakan untuk mengurangi risiko produksi dalam budidaya bawang merah. Tabel 3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada beberapa Lokasi Penelitian Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Hama dan Penyakit, Cuaca/Iklim Sumber Data Diolah 2022 40 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghozali & Wibowo 2019 di Kabupaten Nganjuk, Nailufar dkk. 2019 dalam penelitiannya di Kabupaten Serang, Putri dkk. 2018 dalam penelitiannya di Desa Songan Kabupaten Bangli, Nurul Nadhilah 2019 dalam penelitiannya di Kota Medan, Rahmania Fajri & Fauziyah 2019 dalam penelitiannya di Desa Pojanan Barat Kabupaten Pamekasan serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Ester 2017 di Kabupaten solok Provinsi Sumatera barat, semuanya menyatakan bahwa serangan Hama serta kondisi cuaca sangat mempengaruhi tingkat resiko dalam produksi bawang merah, sehingga penggunaan pestisida sangat tinggi. Mutisari & Meitasari 2019 dalam penelitiannya di kota Batu, Provinsi Jawa Timur, menyampaikan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah adalah Infestasi hama dan penyakit. Berdasarkan dari penelitian Arya dkk. 2015 di Kabupaten Buleleng dan penelitian di kota Malang Zul Mazwan dkk. 2020 faktor utama dalam budidaya bawang merah adalah hama dan penyakit. Pemakaian pestisida dan obat-obatan berlebih untuk menangani serangan hama penyakit tersebut dikhawatirkan berdampak pada kesehatan petani dan kerusakan lingkungan sekitar dalam waktu panjang. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1 Risiko produksi budidaya bawang merah tidak sama di semua wilayah, namun sebagian besar wilayah termasuk dalam kategori risiko produksi tinggi dan hanya beberapa wilayah yang termasuk dalam kategori risiko produksi rendah. mempertaruhkan. 2 Perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi dalam budidaya bawang merah sangat bergantung pada persepsi risiko dan pengalaman petani dalam budidaya bawang merah. Sebagian besar kelompok petani bersikap menghindari risiko Risk Averter, beberapa kelompok petani berani menerima risiko Risk Lover dan sebagian kecil bersikap netral terhadap risiko Risk Neutral. 3 Hama dan penyakit, serta kondisi cuaca/iklim merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat risiko produksi budidaya bawang merah. Adapun saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah 1 Bagi petani, harus memahami terlebih dahulu risiko produksi yang berpotensi muncul pada saat ingin membudidayakan suatu komoditas seperti bawang merah, sehingga memiliki persepsi terhadap risiko tersebut dan mampu melakukan pengendalian pada saat risiko tersebut muncul. 2 Bagi petani, sebaiknya melakukan mitigasi dan identifikasi risiko produksi yang sering dan berpotensi muncul di daerahnya masing-masing sehingga dapat melakukan pengendalian lebih awal seperti melakukan pola tanam, penggunaan varietas unggul, penggunaan pupuk organik serta pestisida nabati/ hayati dalam pemberantasan hama. 3 Guna mengurangi dampak kerusakan lingkungan dan ketahanan tanaman daun bawang terhadap hama/penyakit, petani dihimbau untuk menggunakan pestisida dan formulasinya sesuai dengan dosis yang dianjurkan. 4 Untuk studi lebih lanjut, beberapa hasil saat ini untuk analisis risiko pendapatan tanaman bawang merah dapat diperiksa dengan menggunakan metode tinjauan literatur. 41 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah DAFTAR PUSTAKA Adetya, A. 2021. Analisis Produksi, Pendapatan dan Risiko Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur. Agriscience, 25, 17–31. Astuti, L. T. W., Daryanto, A., Syaukat, Y., & Daryanto, H. K. 2019. Analisis Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten Brebes. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 34, 840–852. Budiningsih, S., & Pujiharto. 2006. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Agritech, 81, 127–143. Ester, M. W. 2017. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah Allium Ascalonium L. Di Nagari Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Skripsi. Universitas Andalas. Ghozali, M. R., & Wibowo, R. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 32, 294–310. Kemendag RI. 2020. Profil Komoditas Bawang Merah. Kementerian Perdagangan, 1–38. Lawalata, M. 2017. Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul. Jurnal Agrica, 102, 56. Mutisari, R., & Meitasari, D. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Kota Batu. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 33, 655–662. Nailufar, S. F., Anggraeni, D., Sari, R. M. 2019. Analisis Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang. Ilmu Pertanian Tirtayasa, 11, 22–36. Nurul Nadhilah. 2019. Analisis Risiko Produksi , Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var . Ascalonicum Kasus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. 1–85. Pasaribu, S. M. 2017. Risiko Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bogor, 206–224. 42 I Made W. Y. dkk., Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Pusdatin. 2019. Outlook Bawang Merah Komoditas Pertanian Subsektor Holtikultura. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 1–71. Putra, Y. H., Dwi Susilowati, & Farida Syakir. 2020. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Sajen Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 82, 49–58. Putri, A., Dewi, R. K., & Yudhari, I. D. A. S. 2018. Analisis Risiko Produksi Bawang Merah di Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, 73, 392. Rahmania Fajri, S., & Fauziyah, E. 2019. Keterkaitan Efisiensi Teknis dan Perilaku Risiko Petani Usahatani Bawang Merah Varietas Manjung. Jurnal Hortikultura Indonesia, 93, 188–196. Widyantara, W., & Yasa, N. 2013. Iklim Sangat Berpengaruh terhadap Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah Allium Ascalonicum L. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata, 21, 32–37. Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. Zul Mazwan, M., Tarik Ibrahim, J., & A M Fadlan, W. 2020. Risk Analysis of Shallot Farming in Malang Regency, Indonesia. Agricultural Social Economic Journal, 203, 201–206. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Produksi, Pendapatan danA AdetyaAdetya, A. 2021. Analisis Produksi, Pendapatan dan Risiko Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur. Agriscience, 25, Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten BrebesL T W AstutiA DaryantoY SyaukatH K DaryantoAstuti, L. T. W., Daryanto, A., Syaukat, Y., & Daryanto, H. K. 2019. Analisis Resiko Produksi Usahatani Bawang Merah pada Musim Kering dan Musim Hujan di Kabupaten Brebes. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 34, 840-852. Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten BrebesS BudiningsihPujihartoBudiningsih, S., & Pujiharto. 2006. Analisis Risiko Usahatani Bawang Merah di Desa Klikiran Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Agritech, 81, Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten NganjukM R GhozaliR WibowoGhozali, M. R., & Wibowo, R. 2019. Analisis Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah di Desa Petak Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 32, 294-310. I KemendagKemendag RI. 2020. Profil Komoditas Bawang Merah. Kementerian Perdagangan, Usahatani Bawang Merah di Kabupaten BantulM LawalataLawalata, M. 2017. Risiko Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul. Jurnal Agrica, 102, 56. Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten SerangS F NailufarD AnggraeniR M SariNailufar, S. F., Anggraeni, D., Sari, R. M. 2019. Analisis Risiko Produksi dan Penawaran Bawang Merah Kasus di Desa Toyomerto Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang. Ilmu Pertanian Tirtayasa, 11, Risiko Produksi , Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var . Ascalonicum KasusNurul NadhilahNurul Nadhilah. 2019. Analisis Risiko Produksi, Harga dan Pendapatan pada Usaha Pembenihan Bawang Merah Allium Cepa Var. Ascalonicum Kasus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian BogorS M PasaribuPasaribu, S. M. 2017. Risiko Produksi Pangan Tantangan dan Peluang. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bogor, 206-224.
Gulma hama dan penyakit pada tumbuhan. Membuang daun-daun yang tua dan berwarna agak kuning. Biasanya setelah daun lama di buang, bawang akan segera muncul daun baru yang lebih subur. Jika mau dijadikan bibit, anak-anak bawang sudah banyak harus di pisahkan agar bawang dapat berkembang biak lebih banyak lagi.
\n\nanalisa usaha bawang merah hidroponik
Adapunjumlah populasi tanaman yang ditanam bisa mencapai 11.200 tanaman. Waktu yang dibutuhkan untuk menanam sayuran pakcoy hingga panen adalah 28 sampai 30 hari. Jika dalam satu kilogram pakcoy berisi 16 buah sayuran dan harga sayuran pakcoy hidroponik mencapai angka Rp40.000-an. Maka Anda tinggal mengkali keduanya.
QdBAWfq.
  • 5wnwfmmskw.pages.dev/8
  • 5wnwfmmskw.pages.dev/483
  • 5wnwfmmskw.pages.dev/186
  • 5wnwfmmskw.pages.dev/485
  • 5wnwfmmskw.pages.dev/327
  • 5wnwfmmskw.pages.dev/309
  • 5wnwfmmskw.pages.dev/173
  • 5wnwfmmskw.pages.dev/83
  • analisa usaha bawang merah hidroponik